Halaman

Jumat, 28 Maret 2014

Esensi Menjalankan (Bisnis) Syariah

Berbagai artikel  Bisnis Syariah, bagaimana pentingya sebuah usaha atau bisnis yang benar-benar syari’ah kiranya mungkin sudah cukup banyak, tapi masih asyik juga untuk menupasnya dan mencermatinya dari berbagai sisi. Ada beberapa aspek yang perlu ditekankan dalam menjalankan bisnis ini, selain aspek fisik adalah non fisik yakni aspek rohani dari si pelaku bisnis itu sendiri.
Bagaimanapun bagusnya sebuah sistem (baca: syari’ah) dengan menganut berbagai macam model yang dibuat oleh orang-orang yang ahli dalam bidang ini. Tentunya tetap harus mengacu kepada rujukan peraturan (fiqh) yang telah digariskan oleh para fuqoha (ahli fiqih) tentang jaminan keselamatan sebuah sistem (syari’ah) yang di jalankan. Jangan sampai bagus tidaknya sistem syari’ah itu menurut pandangan mata orang awam saja, tetapi benar-benar menurut dalil-dalil naqli - aqli yang ada, dan itu juga yang memang pernah dibuat di jaman Rasulullah SAW. Seperti alat tukar yang kita pakai sekarang adalah uang kertas. Dari mana datangnya model perdagangan dengan uang kertas ini, tentu bisa dibuat sebuah kajian khusus yang membeberkan plus minusnya perdagangan dengan menggunakan alat tukar uang ini.
Kembali kepada topik kita kali ini adalah mengenai aspek esensial yang harus dilakukan oleh pebisnis syari’ah adalah sebagai berikut :
  • Fisik, aspek fisik ini meliputi :
  1. Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga yang bagus, baik sebagai penyedia layanan keuangan syari’ah maupun sebagai pengguna jasa lembaga keuangan.

  2. Ilmu, yakni ilmu tentang bisnis syari’ah itu sendiri, perlu diadakan training-training atau pelatihan-pelatihan yang mendidik penyedia maupun pengguna layanan syari’ah ini, bagaimana menjalankan bisnis yang benar-benar syari’ah.

  3. Infrastruktur, yakni peralatan-peralatan yang mendukung aspek fisik ini, seperti gedung, koneksitas antar lembaga keuangan dan lain-lain.
  • Non Fisik atau Kerohanian, adalah aspek terpenting dalam menjalankan bisnis ini.
    Rasulullah SAW pernah bersabda dalam salah satu hadits yang mahfumnya, “Orang yang sempurna imannya adalah orang yang paling bagus mu’amalah dan mu’asyarohnya”
    Jadi, bisnis syari’ah ini bisa berjalan sesuai dengan yang dipraktikkan oleh para sahabat ra.hum haruslah mengalami tahapan tarbiyah sebagaimana seperti sahabat, sehingga pelaksanaan bisnis syari’ah ini benar-benar memuaskan kedua belah pihak.
Kita tidak bisa melepaskan kesuksesan para sahabat ra dalam menjalankan bisnis syari’ah ini tanpa kita mengetahui Siroh An-Nabawiyyah (Perjalanan Hidup Rasulullah SAW).
Tahapan yang harus dihadapi dalam menjalankan bisnis syari’ah yang benar adalah :
  1. Imaniyah, yakni pembentukan iman yang kuat serta keyakinan yang mantap terhadap KeEsaan Allah, KeAgungan Allah, intinya adalah masalah aqidah Islamiyah yang benar. Dan ini tidak bisa dipelajari hanya dengan di baca dan dengan mendengarkan ceramah, tetapi harus di alami dan dilakukan. Sebagaimana Bilal ra. yang harus rela di tindih dengan batu besar di bawah terik matahari yang panas. Kemudian Khabab bin Al-Arat yang pungungnya di setrika di atas api membara sehingga lemak-lemak tubuhnya memadamkan api bara itu. Dan masih banyak lagi kisah sahabat bagaimana mendapatkan keimanan yang sempurnya itu. Maknanya, iman di dapatkan melalui pengorbanan.

  2. Ubudiyah, yakni peribadatan. Setelah iman kuat, maka kemudian seseorang akan mudah dalam mengamalkan hukum-hukum Allah SWT, seperti sholat, puasa, zakat, haji dan sebagainya. Para sahabat mendapatkan perintah-perintah ibadah adalah setelah 13 tahun berjuang di mekah dan hijrah ke madinah. Ketika iman kuat, maka dalam beribadah, seolah-olah segala gerak-geriknya akan merasa di awasi oleh Allah, atau sifat Ihsan.

  3. Mu’amalah, yakni cara mencari nafkah untuk bekal hidupnya di dunia. Bila seseorang sudah memilki sifat Ihsan, maka sifat kejujuran akan mudah di dapatkan. Bila seseorang belum memiliki sifat Ihsan ini, mustahil bisa menjalankan bisnis ini dengan jujur.

  4. Mu’asyarah, yakni cara pergaulan dengan sesama makhluk Allah SWT. Bagaimana kita bersikap dan bergaul dengan sesama muslim, non muslim, bahkan dengan binatang sekalipun, di usahakan mencontoh Rasulullah SAW.

  5. Akhlaqul Karimah, adalah buah dari setiap amalan, amalan itu adalah rantingnya dan akarnya adalah Iman. Maka bila keempat tarbiyah diatas sukses, maka akan menghasilkan insan kamil yang akan memiliki akhlaq Al-Qur’an. Sehingga ketika seseorang bertanya tentang Al-Qur’an maka di jaman Rasulullah SAW, orang akan menjawab, “itulah dia” (melihat seorang sahabat ra yang sedang melintas).
Bila kelima tarbiyah atas ummat di atas di jalankan, Insya Allah, tinggal menunggu waktu saja, umat dimanapun akan menemui kesuksesan, baik di dunia ini terlebih di akhirat kelak. Sehingga model perekonomian syari’ah akan terbentuk dengan sendirinya secara sistem.
Pada jaman ini, memang tarbiyah itu tidak bisa dijalankan secara berurutan, akan tetapi secara pararel yang harus berjalan seiring bersama. Untuk itu lembaga-lembaga keuangan syari’ah harus pro aktif dalam menyediakan training-training SDM bukan hanya SDM pendukung lembaga itu tetapi juga harus di arahkan kepada calon pemakai jasa perbankan syari’ah.


Dalam menjalankan bisnis yang benar menurut yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW, seseorang itu harus memiliki 6 sifat, yakni :
  1. Iman dan yakin yang benar kepada Allah

  2. Ilmu yang benar, serta mengetahui fadilah atau keutamaan setiap amalan

  3. Ibadat serta memperbanyak ingat kepada Allah

  4. Ihsan, merasa di lihat oleh Allah di setiap saat dan keadaan

  5. Ikhlas, segala sesuatu yang telah di tetapkan dan di mufakati dalam musyawarah harus di taati dan dijanlankan dengan ridho

  6. Mujahadah atas nafsu, artinya harus menahan diri, tidak menjadikan suatu masalah meruncing melahirkan konflik antara kedua belah pihak
Wallahu a’lam bishowab


dinukil dari Aspek-aspek Essensial dalam Menjalankan Bisnis Syariah