Halaman

Sabtu, 29 Desember 2012

Implementasi Tasawuf Dalam Bisnis

Disusun oleh : Ermas Andico Syamda, Tasawuf Dan Bisnis

Dalam perkembangannya etika bisnis dipengaruhi oleh setidaknya tiga hal, yaitu filsafat, kebudayaan dan agama. Pengaruh filsafat terhadap etika bisnis sangat besar, karena etika itu merupakan bagian dari filsafat. Kebudayaan juga berpengaruh dalam etika bisnis, karena pelaku bisnis biasanya memiliki kebidayaan tertentu, termasuk bidang di bidang bisnis. Lalu agama berpengaruh pula dalam etika berbisnis, terutama bagi pelaku bisnis yang beragama.

Kalau pelaku bisnis itu beragama Islam, maka etika bisnis Islam tentunya berpengaruh pada kehidupan bisnis mereka. Etika bisnis dalam Islam dipengaruhi oleh tasawuf, suatu ilmu yang mempelajari cara dan jalan bagi orang untuk berada sedekat mungkin dengan Allah. Sebab mendekatkan diri dengan Allah orang Islam harus menjauh akhlak yang tercela dan mengamalkan akhlak terpuji. Dalam tasawuf orang harus dahulu mengosongkan diri dari akhlak yang tercela, kemudian mengisi dirinya dengan akhlak terpuji.

Akhlak yang tercela atau mazmumah ialah :
Ananiah = egois,
Al-baghyu = melacur
Al-bkhl = kikir,
Al-buthan = berdusta dengan tujuan memburuk-burukan orang lain,
Khamr = minuman keras,
Al-khiyanah = kianat,
Al-dzulm = aniaya,
Al-jubn = pengecut
Al-fawahisy = dosa besar
Al ghdlab = pemarah,
Al-ghasysyu= menipu sukatan/timbangan,
Al-ghibah = pengumpat,
Al-ghina = merasa tidak perlu orang lain,
Al-ghurur = memperdayakan,
Hubbuddunya = mencintai dunia dengan melupakan agama,
Al-hasad = dengki,
Al-hiqdu = dendam,
Al-ifsad = membuat kerusakan,
Al-intihar = menjerumuskan diri,
Al-israf = berlebihan,
Al-istikbar = sombong,
Al-kizb = dusta,
Al-liwath = homo seks,
Al-makru = penipuan,
Al-riba,riya’ = mencari muka,
Sikhriyah = berolok-olok,
Sariqa = mencuri,
Syahwat = mengikuti hawa nafsu,
Tabzir = mubazir.

Sedangkan dalam tasawuf dan bisnis menyangkut akhlak yang terpuji atau mahmudah ialah :
Amanah = jujur,
Alifah = berbuat baik,
Khusyu’ = tunduk,
Dliyafah = menghormati tamu,
Haya’ = malu,
Hilm = sopan,
Adil, ikha’ = menganggap orang lain sebgai saudara,
Ihsan = berbuat baik dalam ranga taat kepada Allah,
Ifafah = menjaga kesucian,
Muruah = berbudi luhur,
Nadhafah = bersih,
Rahman = kasih sayang,
Sakha’ = dermawan,
Salam = damai,
Shalih = baik,
Sabar, sidqah = benar,
Syaja’ah = berani,
Ta’awun = tolong menolong,
Tadlarru = rendah diri kepada Allah,
Tawadlu’ = rendah hati kepada sesama manusia,
Qana’ah = merasa cukup dengan apa yang diperoleh,
Izzatunnafs = kuat jiwa dan fisik,
Wafa’ = menepati janji,
Iqtishad = hemat,
Syafaqah = belas kasihan,
Nashiha – memberi nasehat,
Nashr = memberi pertolongan,
Itsa = mendahulukan kepentingan orang lain dan
Samanah = toleransi.

Sesungguhnya kita menjauhi akhlak tercela, lalu mengamalkan akhlak yang terpuji berlaku dalam semua bidang kehidupan, termasuk bidang bisnis. Dan perbuatan ini merupakan salah satu bentuk bentuk pengamalan tasawuf, karena tasawuf juga menghendaki pelaksanaan syariat. Hanya tasawuf merupakan aspek esoteris (batiniah), sedang syariat adalah aspek eksoteris (lahiriah) Islam, kedua aspek ini saling berintegrasi.

Hubungan antara tasawuf, syariat dan bisnis melahirkan etika usha dalam Islam. Etika usaha terlihat dalam praktek bisnis, seperti investasi, produksi, distribusi, promosi, konsumsi, dan hubungan karyawan dengan perusahaan.

Kajian diatas bersifat normatif, dan perlu ditindaklanjuti dengan kajian empiris tentang hubungan tasawuf dan bisnis dalam kehidupan imat Islam.

Sumber :  http://ermasandico.multiply.com/journal/item/121?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem

Tidak ada komentar:

Posting Komentar